Sabtu, 19 November 2016

Cara Membuat Songket

Songket adalah suatu buah karya yang memiliki citarasa seni yang tinggi. Dalam proses  pengerjaannya, songket harus dilakukan dengan cermat. Sisir tenun dimasukkan benang lungsi sutera dan handle utama pada jalinan kain akan diisi benang emas dan sutera dengan pola yang simetris.
Songket Palembang ini dibentuk oleh bahan baku berbagai jenis benang diantaranya benang kapas, benang sutera ataupun yang lebih lembut. Bahan baku berupa benang putih biasanya di import dari cina, Thailand ataupun india guna mendapatkan kain songket yang bagus. Selanjutnya sebelum proses penenunan, benang diberi warna denga cara dicelup dengan warna yang diinginkan. Biasanya songket Palembang didominasi dengan warna merah, tapi pada saat ini warna merah tidak mutlak.
Pada zaman dahulu, zat pewarna khususnya yang berwarna merah didapat dari alam dengan cara mengolah kayu sepang yang diambil intinya dan direbus dengan campuran akar mengkudu.
Untuk warna kuning didapat dengan hasil pengolahan kunyit sedangkan warna biru dengan indigo. Sedangkan warna-warna sekunder seperti ungu, orange dan hijau didapat dengan cara mencampur warna-warna primer yang tadi sudah didapat dan ditambahkan tawas agar warna tidak menjadi pudar.
Penenunan dilakukan setelah proses pewarnaan benang. Benang pakan ditempatkan secara melebar dan horizontal sedangkan benang lungsi penempatannya secara horizontal atau memanjang. Benang-benang ini penempatannya harus dihitung secara teliti dan cermat. Persilangan kedua benang inilah yang nantinya akan menjadi kain songket. Sedangkan motif didapatkan dengan cara menambahkan benang emas yang diselipkan diantara tenunan tersebut.
Rumitnya cara pembuatan kain songket ini membuatnya lama baru bisa menghasilkan kain songket yang baik. Hal ini juga disebabkan pada masa lalu pembuatan kain songket hanya dikerjakan pada waktu luang oleh para gadis remaja dan ibu-ibu selesai mereka beraktifitas dikebun dan mengurus pekerjaan rumah.

Motif warna emas biasanya menjadi cirri khas tenun songket. Terdapat tiga jenis benang emas yang dikenal dari segi pengerjaannya, yaitu benang emas sartibi, benang emas Bangkok, dan benang emas cabutan. Benang emas cabutan ini didapat dari kain songket yang sudah lama dan sudah rusak yang diurai kembali dengan dengan cara mencabut benang emasnya. Biasanya benang emas ini masih bagus dan masih kuat dan dapat dipergunakan kembali dengan cara dicelupkan dengan cairan emas 24 karat untuk peremajaan.
Hasil yang didapat dari pemanfaatan benang emas songket yang sudah lama dan rusak biasanya akan menghasilkan kain songket baru yang yang antik. Jadi sangatlah wajar jika kain songket harganya sangat mahal menilik dari proses pengerjaannya yang rumit dan telaten.
Benang emas yang juga biasa digunakan adalah benang emas sartibi. Saya juga begitu kurang faham kenapa dinamakan benang emas sartibi, mungkin ini terkait dengan orang yang pertama kali memakai jenis benang emas ini. Benang emas ini merupakan benang emas sintetis yang berasal dari pabrikan yang dari jepang. Adapun jenis benang ini halus dan tidak begitu mengkilap dan juga ringan sehingga hasil tenunan menjadi ringan. Sedangkan jenis benang emas Thailand karena dia memang berasal dari Bangkok, Thailand dan biasanya mengkilap. Adapun komponen pendukung pembuatan kain songket adalah: alat tenun, benang merah, rungsen, benang emas, lidi, buluh, baliro, plenting dan lain-lain.

Sabar, tekun dan ulet mutlak diperlukan dalam membuat kain songket. Jika terburu-buru dan tidak sabaran maka hasil yang didapatkan akan kurang bagus. Satu bulan biasanya waktu minimal yang paling cepat yang dibutuhkan dalam pembuatan tenun songket belum ditambah pembuatan motif yang biasanya memakn waktu kurangkebih setengah bulan sehingga total waktu yang diperlukan adalah satu setengah bulan.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam pembuatan kain songket:
Pencelupan
Siapkan warna yang dikehendaki, kemudian benang sutera yang masih berwarna putih dicelup. Setelah dicelup maka benang tadi dijemur dibawah sinar matahari langsung dengan memakai bamboo sebagai penyanggahnya.
Cabutan
Seperti telah dijelaskan diatas, maka proses ini adalah mencabut atau memisahkan benang emas dari songket lama. Pada proses ini maka harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena benang emas pada kain yang sudah lama akan mudah rusak dan rontok. Setelah terpisah dari kain, benang emas ini digulung sedemikian rupa agar tidak rusak. Jika terjadi kerusakan pada benang emas, maka dilakukan proses perbaikan dengan cara menyambung benang emas yang rusak tersebut, biasanya benang tersebut putus dan dilakukan penyambungan, setelah itu benang emas tersebut digulung dengan memakai planting yang terbuat dari bamboo dan dimasukan teropong yang juga terbuat dari bamboo. Pada proses ini memakan waktu kuranglebih delapan sampai dubelas hari.
Penenunan
Proses selanjutnya adalah penenunan. Proses penenunan ini yaitu dengan cara memasukan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif desain dilakukan dengan cara mengcungkit dengan menggunakan lidi untuk mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama, biasanya hingga dua sampai tiga bulan.
Karena semua bahan baku hampir semuanya di import, maka meyebabkan kain songket begitu mahal harganya. Turun temurun benang ini, baik sutera ataupun emas di import dari cina, jepang dan Thailand juga india. Untuk sutera local memang bisa digunakan tetapi biasanya agak susah di tenun.
Harga songket dipengaruhi juga oleh motif atau pola yang benang emas yang dipakai. Tentunya semakin penuh dan semakin rapat pola yang terbentuk maka akan membuat harga sebuah kain songket menjadi lebih mahal.
Perlakuan khusus untuk kain songket mutlak dilakukan. Kain songket tidak bisa sembarangan didalam perawatannya. Kain songket tidak bisa dicuci baik itu dengan dry cleaning ataupun wet cleaning. Lihat cara perawatan songket palembang.
 
Songket Palembang – Peralatan dan bahan pembentuk
Ada dua peralatan dalam membuat kain tenun songket Palembang. Yang pertama adalah peralatan pokok dan yang kedua adalah peralatan tambahan. Kedua peralatan tersebut biasanya terbuat dari bamboo dan kayu. Peralatan pokok terdiri dari alat tenun itu sendiri yang disebut DAYAN. Alat ini berukuran 2 x 1.5 m dan terdiri dari gulungan yaitu alat yang berguna untuk menggulung benang dasar tenunan. Komponen lainnya adalah Penyicing yaitu alat untuk menyongket, Cahcah yaitu alat yang digunakan untuk memasukan benang kedasar benang yang lain, dan Gun yaitu alat untuk mengangkat benang.
Untuk peralatan tambahan yaitu Pelenting, Gala, Belero ragam, Teropong palet. Pelenting digunakan untuk mengatur posisi benang ketika ditenun. Semua peralatan tambahan tersebut diposisikan sedemikian hingga mudah dicapai oleh si penenun.
Kain dasar pembentuk tenun songket biasanya disebut Lungsin atau Lusi. Benang ini terbuat dari kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas dan daun palem. Untuk hiasan terbuat dari benang emas dan benang sutera. Benang sutera ini didatangkan dari cina dan Taiwan, dan untuk benang emas didatangkan dari jepang, india, Thailand, jerman dan perancis. Untuk pewarna benang juga didatangkan dari jerman dan inggris.
Membuat benang lungsin adalah dengan cara memutar pemberat dengan jari tangan. Adapun bentuk pemberat tersebut seperti layaknya gasing yang bahannya terbuat dari kayu. Di wilayah lain seperti sumatera barat, jawa, bali dan Lombok pemberat tersebut diberi nama antih yaitu alat yang terdiri dari roda yang bisa berputar beserta pengait untuk memutar roda tersebut.
Benang biasanya direndam didalam air sabun dengan maksud untuk meghilangkan zat minyaknya baru kemudian dicelup pada warna yang diinginkan. Setelah kering baru benang tersebut digulung dan disiapkan jumlah helai benang yang akan ditenun.
Dewasa ini banyak pengrajin yang memotong proses pewarnaan ini dengan cara langsung membeli jenis benang yang sudah memiliki warna langsung dari pabriknya baik itu diimport maupun membeli didalam negeri.
Songket Palembang – Teknik Pembuatan
Pada dasarnya songket Palembang dibuat dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menenun rata atau polos pada kain dasar. Tahap kedua adalah menenun pola atau motif hiasan dengan benang pakan. Dieropa model menenun seperti ini disebut Inlay Weaving system.
 
Menenun kain dasar
Pada fase ini prosesnya adalah benang yang di kani salah satu dari ujungnya direntang diatas meja. Sedang ujung yang lainnya dimasukan kedalam sisir atau suri. Sekitar duapuluhlima suri atau sisir diisi dengan benang dan diatur sedekemikian rupa sehingga setiap lobang suri dapat memuat empat helai benang. Ini nantinya digunakan untuk membentuk tepi-tepi kain. Untuk lubang yang lainnya diisi dua helai benang disetiap lubangnya. Setelah semua benang disusun sedememikian rupa didalam suri, barulah kemudoan digulung menggunakan boom yang dibuat dengan bahan kayu. Pekerjaan tersebut biasa disebut mensayin benang atau menyajin. Setelah proses tersebut dilanjutkan dengan memasang dua buah Gun yang ditempatkan didekat sisir. Pekerjaan ini sesuai dengan namanya disebut pemasangan Gun Penyeyit. Dalam posisi duduk, penenun menggerakkan dayan dengan cara menginjak pedal untuk memisahkan benang sehingga benang bisa dimasukkan dengan mudah melewati dayan dari arah kiri dan kanan secara bergantian. Posisi benang yang melintang akan dirapatkan dengan dayan bersuri sehingga akan membentuk kain dasar.
Membuat Hiasan
Pembuatan hiasan atau motif caranya agak rumit yaitu dengan cara memasukan pakan tambahan kedalam kain dasar yang polos. Teknik ini biasa di eropa disebut supplementary weft. Cara ini harus dilakukan denga teliti dan melalui perhitungan yang cermat. Bagian kain dipasang Gun kembang untuk memasukan benang emas atau sutera kedalam kain dasar polos sehingga nantinya akan terbentuk sebuah pola atau motif yang diinginkan.
Pekerjaan membuat motif ini memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini dikarenakan benang emas dan sutera harus dihitung jumlahnya menurut rumusan tertentu dan dirapatkan sedemikina hingga satu persatu untuk mendapatkan hiasan atau motif yang ingin dibuat.
Waktu pengerjaan sebuah kain songket sangat tergantung dari jenis tenunan dan ukuran kain, juga dari kerumitan motif atau pola yang akan dibentuk dari kain songket itu sendiri. Jadi, untuk kain songket yang halus dan rumit motifnya tentu saja memerlukan waktu pengerjaan yang lama. Setiap hari, seorang penenun kain songket dapat menghasilkan kain dengan panjang hanya lima sampai sepuluh sentimeter saja. Jadi, untuk membuat kain songket berupa sarung misalnya, maka akan menghabiskan waktu minimal dua bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar